Adik Sang Sutradara
Akhir 1977 merupakan batas bagiku untuk harus menyelesaikan kuliah pada Fak.Teknik Mesin di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Aku butuh biaya yang tidak sedikit dan umurku telah mencapai hampir 27 tahun. Sehingga hampir segala macam jenis pekerjaan untuk mendapatkan minimal 60% tambahan untuk biaya kuliah, ujian lokal maupun ujian negara kuusahakan semaksimal mungkin karena aku sudah menghentikan pemberian dari orang tuaku, kupikir mereka sudah cukup membiayaiku selama hampir 7 tahun selama aku kuliah.
Bekerja part time antara lain aku ikut dalam pembuatan beberapa film Nasional baik di dalam negeri maupun sampai keluar negeri, mengikuti salah satu sutradara yang cukup terkenal, aku sekaligus merangkap sebagai figuran dan kru film itu sendiri.
Selama mengikuti pembuatan beberapa film di Jakarta, aku sempat berkenalan dengan salah satu pemain wanita yang pada saat itu cukup terkenal dan cukup aduhai baik wajah dan bentuk tubuhnya. Umurnya 38 tahun dengan tinggi kira-kira 164 cm serta berat badan ideal bagi wanita seumurnya, rambutnya panjang dikepang satu, pokoknya amat ideal menurut ukuran favoritku. Dia isteri seorang pengusaha dan merupakan adik dari salah satu sutradara terkenal di Jakarta untuk film-film action di saat itu dimana aku ikut bekerja. Oleh karenanya itu Mbak Evie (demikian kami menyapanya) sering menjadi pemeran pembantu dihampir semua produksi film yang kuikuti tersebut. Raut serta kelengkapan wajahnya, kehalusan dan warna kulitnya kalau boleh aku bandingkan dengan bintang sinetron masa kini mirip sekali dengan Vonny Cornelya.
Aku sendiri pada saat itu masih muda, wajahku lumayan dengan kumis hitam yang lebat, didukung dengan tinggi badan 173 cm, berat 68 kg, postur tubuhku cukup bagus yang kujaga berkat hasil olahraga keras seperti pencak silat tradisionil selama masa kuliah serta aku mempunyai sikap kebiasaan yang cukup sabar, penuh perhatian terhadap segala sesuatu yang menarik perhatianku juga kepada hal-hal yang baru khususnya dibidang fotografi dan perfilman disertai bicara apa adanya kadang seenaknya tapi tetap menjaga sopan santun khususnya kepada yang lebih tua. Ini menjadi modal utama bagiku yang pada saat itu sehingga aku amat dekat dengan Mas Mahesa Jenar (Sang Sutradara). Kedekatannya denganku membuat para figuran ingin bersahabat denganku terutama wanita-wanita muda yang cantik dan berharap untuk bisa tampil pada setiap adegan dalam setiap film yang dibuat oleh Mas Echa (kru film menyapanya dengan panggilan ini).
Perkenalanku dengan Mbak Evie berlanjut secara tidak sengaja terjadi pada saat aku bersama kru film yang lain sedang mengambil shooting bertempat di lokasi Cibodas dimana aku sudah beranjak naik dari figuran kemudian dipercaya oleh Mas Echa untuk menjadi juru foto atau aE~Still PhotoaE? menurut istilah perfilman (aku mempunyai hobby fotografi sampai dengan saat ini) dan akhirnya aku dipercaya sebagai asisten Mas Echa. Bekerja dengan Mas Echa, seorang sutradara yang amat baik tetapi tegas dalam memberikan kesempatan kepada setiap anggota kru film dibawah pimpinannya untuk berkembang sehingga hampir semua pekerjaan yang menyangkut pembuatan film kukuasai (kita bekerja dengan system kekeluargaan yang erat). Secara kebetulan aku juga memiliki sedikit keahlian untuk mengurut/memijat badan/anggota tubuh yang kupelajari seiring dengan kegiatan bela diri tradisionil yang telah kusebut di atas dan akhirnya para kru tahu bahwa mereka punya aE~tukang urutaE? untuk relaks setelah menjalankan kegiatan sehari-hari. Inilah awal aku jadi lebih akrab dengan Mbak Evie yang manis dan menggairahkan dengan umurnya 38 tahun dan sudah mempunyai anak 2 puteri yang cantik-cantik, Cempaka yang sulung kelas 1 SMA dan Melati yang bungsu kelas 2 SMP.
Beberapa kali seperti biasanya apabila setelah kegiatan shooting selesai pada malam hari kami berkumpul bersama sutradara dan beberapa kru film yang telah menjadi akrab seperti saudara sendiri serta juga Mbak Evie berada diantara kami. Dan pada suatu saat kami sedang melakukan shooting film di sebuah villa di Cibodas.
aEsDhitya, katanya jari-jari kamu pandai melemaskan otot yang kaku, coba sekarang buktikan sama Mbak kalau kamu memang benar-benar ahli.aEt kata Mbak Evie pada suatu malam disaat aE~breakaE? sehabis shooting kami berkumpul di villa Cibodas di ruang tengah yang mana hadir juga beberapa kru dan Mbak Ranti yang merupakan isteri Mas Echa, orangnya lembut dan amat baik hati, seperti biasanya sebagian kru termasuk aku duduk di lantai yang dilapisi karpet tebal.
aEsIya Dhit, aku juga mau diurut badanku terutama bagian belakang dan pinggangku rasanya pegal sekali, aku sudah hampir 2 malam berturut-turut tidurku nggak nyenyak,aEt sambung Mas Echa yang langsung rebah telungkup di bawah dekat aku duduk bersimpuh.
aEsMas, kasihan Dhitya dong, jangan lama-lama yaa. Dia kan perlu istirahat juga.aEt Mbak Ranti langsung memotong kata-kata suaminya, aku tersenyum dan maklum bahwa Mbak Ranti sangat sayang kepadaku dan dia menganggapku sebagai adiknya sendiri karena aku sudah agak lama mengikuti kru film Mas Echa dan selalu membantu apa yang diperintah mereka berdua diluar kerja film, bahkan beberapa kali Mbak Ranti memberiku uang untuk tambahan biaya kuliah dan ujian, pernah juga dia menemuiku tertidur di atas meja di kamar editing film Mas Echa, di rumahnya karena saking lelahnya bekerja, dia mengambil selimut dan menutupi tubuhku agar tidak kedinginan karena editing room harus selalu dalam keadaan sejuk dengan suhu maksimal 15 derajat Celsius.
Kembali pada keadaan di villa Cibodas malam itu, Mas Echa seperti tidak peduli dengan ucapan isterinya tadi seperti yang kuceritakan di atas, dia dengan wajah yang gagah, kelaki-lakian atau HE-MAN menurut istilah perfilman serta tubuhnya tinggi besar sudah tegeletak telungkup di hadapanku dengan dada telanjang. Aku pun langsung action mengurut Mas Echa sambil melirik dan berkata kepada Mbak Evie, aEsSebentar yaa Mbak, aku selesaikan Mas Echa setelah itu aku akan mengurut Mbak.aEt
aEsBenar lho, kamu mau mengurutku, awas kalau kamu bohong,aEt jawabnya dengan senyum yang manis dan rasanya ada sesuatu luar biasa.
Seperti biasanya Mas Echa kalau sudah kena tanganku mengurutnya dalam tempo 15 menit langsung terdengar dengkurnya yang khas, kulihat Mbak Ranti yang masih asyik mengobrol dengan Mbak Evie menggeleng-gelengkan kepalanya dan bangkit dari kursi lalu meninggalkan kami menuju kamar tidur sambil berkata, aEsVie, aku tidur duluan ya, Mas-mu itu kalau sudah diurut lupa sama semuanya, dan ini selimutnya ya Dhit, untuk kamu sama Mas Echa.aEt
Memang salah satu kebiasaanku dan Mas Echa kalau shooting di luar kota terutama di daerah pegunungan kami selalu tidur di ruang tengah villa, jadi selimut selalu disiapkan oleh Mbak Ranti.
Sementara teman-teman yang lain satu persatu meninggalkan ruang tengah untuk langsung istirahat tidur karena biasanya pagi-pagi sebelum matahari terbit kegiatan shooting sudah mulai kembali.Tinggal kami bertiga, Mas Echa yang sudah tertidur dengan dengkurnya yang khas, Mbak Evie yang dengan penuh perhatian memandang ke arah tanganku yang bergerak dengan pasti dan lentur mengurut punggung serta pinggang Mas Echa dan aku sendiri aE?si tukang urutaE?.
Kutengok ke arah Mbak Evie yang sedang melamun. Aduh mak! manisnya ini wanita dengan dadanya yang montok, padahal anaknya sudah 2 dan tubuhnya masih padat dan montok itu.
Sudah 20 menit aku mengurut Mas Echa dan kelihatannya dia sudah terbang ke alam mimpi.
aEsBagaimana Mbak Evie, jadi nggak dikerjain badannya?aEt sapaku enteng acuh tak acuh sambil tersenyum.
aEsJadi dong, memangnya aku mau nungguin kamu dengan percuma tanpa hasil?aEt jawabnya tertawa halus dan renyah terdengar olehku.
aEsTapi aku nggak mau di sini, ayo kita ke kamarku,aEt katanya lagi setengah berbisik, aku terkejut dan jadi bertanya-tanya dalam hati, dia ini serius ya?.
aEsMbak, nggak enak dong sama Mas Echa dan Mbak Ranti nantinya kalau mereka tahu kita berdua di dalam kamar aku mengurut Mbak,aEt jawabku pelan dan agak ragu.
aEsAlaahh, nggak pa-pa kok, mereka kan sudah pada tidur, ayo cepetan aku juga sudah mulai ngantuk nih.aEt tukasnya dengan kerlingan mata yang penuh arti.
Nah lho, aku berpikir sejenak, ini adalah kesempatanku berdua dengan Mbak Evie yang dari sejak pertemuan pertama aku sudah membayangkan bagaimana bentuk tubuhnya yang indah kalau tanpa sehelai benang melekat di tubuhnya, tapi aku masih ragu-ragu soalnya dia kan adiknya Mas Echa dan sementara itu banyak orang di sekitar kami meskipun semua sudah pada tidur di kamarnya masing-masing. Kuselimuti Mas Echa yang sudah mendengkur seperti suara gergaji pemotong balok kayu itu. Kulihat Mbak Evie sudah naik dan masuk ke kamarnya yang terletak di bagian atas villa yang disewa itu dan perlahan-lahan aku mengikuti dari belakang.
aEsSebentar ya Dhit aku ganti baju,aEt katanya, dia masuk ke kamar mandi, beberapa saat kemudian dia keluar mengenakan celana olahraga yang amat pendek sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan indah dan dia mengenakan kaos T-Shirt yang membuatku tertegun sejenak menelan ludah karena buah dadanya yang ternyata besar dan masih mencuat padat, terlihat membekas putingnya pada T-Shirt tersebut karena dia tidak memakai BH. Aku pura-pura tidak memperhatikannya.
aEsTerus posisi tidurku harus bagaimana Dhit?aEt tanyanya terlihat seolah-olah masa bodoh dengan penampilannya yang menggairahkan itu.
aEsYa terserah Mbak, mungkin sebaiknya tengkurap dahulu supaya saya bisa mulai mengurut dari kaki Mbak.aEt jawabku agak bingung menghadapi tubuh indah dan menggemaskan itu.
Tanpa banyak bicara Mbak Evie langsung tidur tertelungkup di atas tempat tidur jenis single bed di depanku. Aduh Mak! mimpi apa aku ini ada tubuh montok di hadapanku.
Aku masih tertegun melihat sepasang betis dan paha yang putih mulus di depanku.
aEsAyo dong mulai, kok jadi ngelamun.. hayo mikir apa, mikir yang bukan-bukan yaa..aEt tegurnya halus sambil menoleh ke arahku sambil tersenyum penuh arti, aku tersadar sejenak.
aEsOh.. eh maaf Mbak, aku juga heran kok aku jadi bengong melihat betis dan paha Mbak yang mulus ini. Mbak pasti rajin ikut body language ya, pasti nih rajin senam ya Mbak,aEt jawabku seenaknya tanpa sadar, mungkin aku juga mulai ngawur.
aEsAh kamu, dasar laki-laki.. semua sama saja nggak bisa lihat barang mulus, pasti nafsu deh.aEt juga jawabnya sekenanya.
aEsMaaf ya Mbak, aku mulai yaa..aEt kataku sambil mulai memijat telapak kakinya, kemudian naik ke arah betis yang bagaikan padi bunting terus ke bagian paha dengan keahlian gerakan jari-jariku dengan lentur.
Beberapa saat kemudian terdengar keluhannya halus, aEsOh.. Dhit, kamu kok pintar sih mijat, Mbak belum pernah merasakan pijatan seperti ini,aEt katanya lembut, aku juga merasakan gerakan tubuhnya yang mulai seperti terangsang oleh gerakan jari-jariku pada bagian belakang betis, paha serta pantatnya, pinggulnya yang terasa olehku masih padat dan gempal.
Aku memiliki sedikit pengetahuan dalam hal urut-mengurut bagian tubuh wanita maupun pria sejak masa SMA dari seorang ahli massage olahraga dan menurutnya ada daerah yang amat sensitif di atas pantat sedikit dan di bagian bawah pinggang apabila terkena pijatan atau tekanan jari yang tepat dapat menimbulkan nafsu birahi yang tinggi, dan aku mencoba melakukan hal tersebut pada tubuh Mbak Evie, ternyata aku melihat satu hasil nyata, gerakan nikmat darinya disertai nafasnya yang mulai tidak teratur akibat pijatanku tersebut.
aEsAaaahhh.. kamu kok mijetnya tambah enak siiihh Dhit?aEt keluhnya lagi.
aEsMbak.. nikmati saja dulu, komentar belakangan deh.aEt jawabku acuh tak acuh, padahal aku sendiri mulai payah rasanya dan horny dengan desahan-desahannya serta erangannya yang menggemaskan.
Tidak berapa lama kemudian, dia menggeliat dan sekonyong-konyong Mbak Evie membalikkan badannya sehingga tanganku secara tidak sengaja menyentuh perutnya yang putih akibat tersingkapnya T-shirt yang agak kebesaran dengan gerakan badan yang tiba-tiba itu, tangannya serta merta memegang serta menarik tanganku dan ditempelkan ke dadanya yang besar dan membusung itu. Aku sempat tercengang sebentar, lalu dengan refleks aku menggenggam kedua bukit indah itu, lembut.aEtOhhhh.. Dhitya, pijet susu Mbak yang enak yaa..aEt keluhnya penuh nikmat.
Tanpa diminta dua kali aku langsung meremas lembut kedua susunya yang besar dan masih agak kenyal itu dengan kenikmatan luar biasa, terus kuremas sambil mengangkat kaos T-Shirtnya sehingga akhirnya aku dapat melihat bukit indah itu dengan jelas, bukan main putih, besar dengan puting berwarna coklat muda dan menggemaskan. Secara perlahan-lahan kuciumi, dan aku sudah tidak peduli lagi dengan desahan-desahan dan erangan-erangan Mbak Evie yang menikmati permainan jariku serta lidahku yang menjilat serta menghisap kedua susunya dengan puting berwarna coklat muda. Aku rasanya persis seperti bayi minum ASI. Penisku mulai berontak di balik celanaku, tapi aku masih asyik dengan permainan susu Mbak Evie yang memang benar-benar impianku untuk memeluk serta menghisapnya sepuas-puasnya.
aEsOoohh.. Dhiitt.. kamu pinter sekali Dhiiit, terus isep susuku Dhiiit..aEt keluh kesahnya tertahan kenikmatan.
Aku pun mulai dengan kegilaanku, kukecup, kuhisap bergantian kedua puting berwarna coklat muda yang mengeras sebesar biji buah kelengkeng itu dengan kenikmatan yang luar biasa sambil meremas-remas lembut. Gerilya mulutku terus turun ke arah perutnya yang agak berkerut, maklum sudah melahirkan 2 anak tapi masih cukup mulus bagiku, terus turun dan tanganku membuka celana pendeknya sekaligus CD-nya yang berwarna hitam tipis berenda itu. Mbak Evie juga mengangkat pantatnya guna memudahkan aku melepas celananya. Tanganku kembali meremas susunya yang besar, kenyal dan masih padat itu dengan gemasnya, sementara lidahku bergerilya pada ujung vagina Mbak Evie yang ditumbuhi bulu-bulu lebat hitam keriting itu, kujilat lembut sambil mengecup perlahan. Tangan kanannya meremas kepalaku sambil menekan ke arah vaginanya yang basah berlendir bening terasa agak asin di lidahku, sementara tangan kirinya terasa membantuku meremas susunya sambil mendengus tertahan menahan rasa nikmat permainan bibir dan lidahku di vaginanya.
Kuangkat serta kubuka pahanya yang putih mulus itu, terlihatlah dengan jelas dan menggairahkan lubang kenikmatan bagi pria itu berwarna merah muda dan basah oleh cairan yang telah kujilat dan kutelan dengan penuh kenikmatan. Sekali lagi kukecup dan kujilat kedua bibir indah itu dan kugigit kecil klitorisnya yang mungil tapi bukan main menggemaskan. aEsDhityaaa.. ooohhh.. mmmfff!aEt dia mengerang halus mungkin karena sadar bahwa di ruang tengah ada Mas Echa dan di kamar bawah ada Mbak Ranti, tiba-tiba dia menekankan kepalaku ke vaginanya sehingga aku agak gelagapan untuk bernafas disertai jepitan kedua pahanya di kiri kanan kepalaku, terasa cairan hangat kental melumuri lidahku, bibirku, hidungku. Wooow, dia mencapai orgasme. Terdengar sayup-sayup jeritan tertahan keluar dari mulut Mbak Evie, aEsAduuuh.. Dhiiit, kamuuuu.. ngggmmm.. gilaaa.. ooohhh..aEt
Beberapa saat terasa jepitan kedua pahanya masih terasa kuat dan perlahan-lahan mengendur dan akhirnya aku dapat bernafas dengan lega setelah Mbak Evie melepaskan jepitan pahanya di kepalaku serta melepaskan tekanan tangannya di kepalaku dari vaginanya yang nikmat. Mulutku penuh dengan cairan hangat kental dan agak asin itu, tanpa berpikir panjang langsung kutelan karena aku tahu bahwa cairan itu intisari dari makanan yang penuh gizi, sementara tanganku membenarkan penisku yang terjepit CD-ku sendiri supaya agak bebas dari ketegangan yang baru saja terjadi.
aEsOoohhh.. Dhitya, kamu nakal deh, tapi pinter..aEt bisiknya sambil tersenyum, kulihat dia dari arah pangkal paha yang putih mulus itu.
aEsMbak.. Mbak sendiri yang buat gara-gara, jadi aku nggak tahan untuk itu,aEt jawabku perlahan sambil menghela nafas dan antara sadar dan tidak menikmati apa yang baru saja terjadi, tapi agak takut kedengaran orang lain.
aEsDhiiit.. sini dong sayaaang..aEt kata Mbak Evie sambil mengulurkan kedua tangannya, kusambut tangannya dan dia menarikku dan mengecup bibirku serta menciumi seluruh wajahku yang masih basah dengan sisa-sisa air kenikmatan yang keluar dari vaginanya itu seolah tidak dirasakannya sama sekali.
aEsKamu telah memberikan kepuasan pada Mbak malam ini, Mbak nggak sangka kamu hebat dengan permainan oral seks kamu.aEt sambil membelai wajahku dengan lembut. Edan! aku sendiri jadi sadar sekarang bahwa aku baru saja mengalami permainan oral seks dengan wanita yang selama ini menjadi impianku untuk bermain cinta.
aEsMas Iwan nggak pernah berbuat seperti apa yang kamu lakukan tadi, aahhh..aEt keluhnya lagi, Mas Irawan/Iwan adalah suaminya. Sementara aku berkeringat dingin menahan nafsu seksku yang kian memuncak melihat pemandangan di depanku ini, tubuh indah setengah telanjang dari dada ke bawah terbuka tanpa sehelai benang menempel tapi aku sendiri tidak berani untuk mencoba-coba yang aneh-aneh sampai tangan Mbak Evie menyusup ke dalam celanaku dan menyentuh serta meremas penisku yang sudah tegang sejak aku melakukan oral seks terhadapnya.
aEsAduuuh.. panjang amat burungmu ini Dhit, berapah sih ukurannya?aEt tanyanya berbisik manja.
aEs16 cm Mbak.. tapi jangan sekarang, Mbak.. aku takut nanti Mas Echa atau Mbak Ranti bangun gara-gara ini.. mati aku nanti, Mbak..aEt kataku berbisik dan was-was penuh kekawatiran tapi juga kepingin karena memang benar aku sudah seperti keluarga sendiri bagi Mas Echa dan Mbak Ranti, kalau aku tertangkap basah bercinta dengan adiknya, habis, tamat, the end riwayatku.
aEsAh.. nggak pa-pa Dhit, kamar ini kan di atas dan terpisah agak jauh dari kamar Mas Echa dan mereka sudah pada mimpi.. siniii jangan jauh-jauh tidurannya.aEt jawabnya lagi merayuku sambil tetap meremas lembut penisku dan menarik tubuhku supaya tetap menempel dengan tubuhnya. Aduh Mak, meskipun aku amat bernafsu, aku masih ragu-ragu. aEsTeruskan Dhit, kau memang bodoh kalau membuang kesempatan emas yang sudah kamu tunggu-tunggu,aEt kata hatiku.
Tertegun sejenak, aku kembali sadar dengan remasan tangan di penisku dan kecupan bibir sensual Mbak Evie di pipiku, terus bergeser ke mataku, akhirnya bibir kami berpagut penuh nafsu birahi yang tinggi, tanganku kembali mengusap serta meremas lembut susunya serta puting Mbak Evie yang menggemaskan itu, sementara Mbak Evie juga tidak ingin kalah agresif menggerakkan tangannya naik turun pada penisku yang masih di dalam celana jeans-ku.
aEsDhitya, buka celanamu sayang, aku jadi gemas banget dan biar tanganku bebas mengelus burungmu ini,aEt katanya lagi.
Sejenak permainan tanganku terhenti sejenak, aku bangun dan melepaskan celanaku juga baju serta sweater yang kupakai untuk menahan dinginnya malam di Cibodas. Kulihat Mbak Evie juga serta merta melepas T-Shirt yang dipakainya dan tampaklah tubuh perempuan 38 tahun, masih mulus dengan kedua susunya yang besar (akhirnya kuketahui ukurannya 38A, wooow!), putih mulus dihiasi dengan puting coklat muda. Aku berbalik dan menghadapnya dengan tubuh yang sudah tanpa sehelai benang dan penisku tegak bak meriam si Jagur yang terpampang di Stadhuis stasiun Kota meskipun udara Cibodas cukup dingin menggigit kulit. Mbak Evie tertegun kaget sambil menutup mulutnya yang sensual pada saat dia melihat ke arah penisku yang tegak di hadapannya, kuraih tangannya menyentuh penisku sambil kugenggamkan, dia menurut sambil memandangku kagum.
aEsOooh Dhitya, panjang amat.. bohong kalau kamu bilang 16 cm,aEt katanya sambil meremas lembut serta mulai menggerakkan maju mundur.
Aku sudah tidak sanggup berkata apa-apa lagi tetapi masih bisa berpikir sambil mendekati serta naik ke tempat tidur. Kami sudah duduk berhadapan saling berpandangan, sejenak aku berpikir, aEsInilah kesempatanku untuk menikmati tubuh montok Mbak Evie yang sudah sejak perkenalan pertama yang kuimpi-impikan, meskipun sudah dalam keadaan telanjang bulat itu aku masih takut kalau-kalau Mas Echa atau Mbak Ranti terbangun dan mencariku atau Mbak Evie dan kami tidak berada di ruang tengah dan mendapati kami sedang berbugil ria di kamar Mbak Evie maka seperti yang aku katakan di atas, aEsI AM DEAD!aEt
Akan tetapi di depanku sudah tersedia yang kuinginkan selama ini, tunggu apa lagi. Kusentuh dan kuremas susu yang besar putih dan montok itu dengan sebelah tangan, sambil merebahkan diri Mbak Evie masih tetap memegang penisku dan aku menarik selimut dan menutupi badan kami berdua agar tetap hangat. Tanganku bergerilya di balik selimut tebal, memilin puting susunya yang coklat muda terus turun ke arah vaginanya yang mulai membasah lagi sementara bibir kami saling berpagutan dan permainan lidah Mbak Evie yang jelas lebih berpengalaman dariku, membuatku tersengal-sengal.
aEsDhiiittt.. masukin ya sayang, aku nggak tahan lagi..aEt desahnya dan terasa dia membuka pahanya serta merta mengarahkan penisku yang tegang dengan tangannya menyentuh klitorisnya dan agak memaksa ditekan memasuki lubang vaginanya yang terasa pas-pasan bagiku, mungkin juga Mbak Evie rajin senam body language, maklum sudah 2 kepala bayi keluar lewat lubang tersebut tetapi itu vagina masih lumayan sempit.
Bukan main, aku merasakan nikmat luar biasa kehangatan dinding vagina Mbak Evie serta kejutan-kejutan kecil mulai dari kepala hingga pangkal penisku yang masuk tertelan habis ke dalam lubang kenikmatan itu.
aEsOoohhh.. Dhitya, kamu lain rasanya sama Mas Iwan..aEt desahnya penuh nikmat, sedangkan aku sudah tidak bisa berbicara apa-apa karena merasakan kenikmatan seperti yang kukatakan di atas sambil memejamkan mataku.
aEsMbaaak.. mmmff, enak Mbaakkk..aEt desahku berbisik di kuping kirinya, kemudian dengan lembut karena aku tidak ingin cepat-cepat kehilangan nikmat dunia ini berlalu dengan segera kukecup keningnya, matanya yang terpejam manis, hidungnya yang mirip hidung Vonny Cornellya itu (agak mancung dan bangir) berakhir di bibirnya yang sensual, kukecup sambil mempermainkan lidah, kupagut habis-habisan sementara dia pun memeluk leher serta kepalaku sambil mendesah-desah kecil.
Aku mulai gerakan turun naik pinggul serta pantatku, reaksi Mbak Evie juga demikian, dia menggerakkan pinggulnya dengan perlahan, makin cepat.. makin cepat, aku merasakan denyut-denyut kecil di kepala penisku. Woooww.. aku hampir orgasme, aku mencoba menahan klimaks yang akan terjadi dengan segera kulepaskan bibir sensual itu dan kukecup, kuhisap serta kujilati bergantian kedua susunya yang besar dan montok itu, rupanya itu merupakan bagian sensitif kedua setelah vaginanya, dia menjerit kecil dan segera kututup dengan tanganku agar tidak keterusan yang dapat berakibatkan, aEsI AM DEAD.aEt
aEsDhiiit.. ooohh, teruuuss Dhiiitt..aEt suaranya berbisik terdengar setelah aku melepaskan dekapan tanganku dari mulutnya yang mungil itu sementara aku masih dengan kegilaan yang menjadi-jadi mengisap, menjilati serta menggigit-gigit kecil kedua susu beserta putingnya yang indah itu.Gerakan pinggulku serta pantatku makin cepat.. makin cepat.. makin cepat naik.. turun.. naik.. turun.. naik.. turun yang diikuti oleh gerakan pinggul Mbak Evie yang juga makin hot dan menggila itu.
aEsMbaaakk.. akuuu.. nggaaak tahaaannn..aEt aku mengerang tertahan agar tidak berteriak keras.Badanku mengejang dan beberapa saat paha mulus Mbak Evie menjepit pinggangku dengan kuat serta pagutannya pada bibirku diikuti dengan permainan lidahnya yang hebat dan dia melepaskan pagutannya disertai, aEsAduuuhh.. teruuus Dhiiit, akuu mauu.. mmmff..aEt dia memelukku dengan keras dan, aEsCrettt!aEt meledaklah segala yang ada di dalam diri kami dengan menyemburnya spermaku ke dalam vagina Mbak Evie yang disertai orgasmenya sendiri, terasa dengan makin basah dan hangatnya penisku sambil berdenyut aE~terurutaE? oleh otot-otot vagina Mbak Evie. Kami berpelukan dengan erat di balik selimut tebal yang menutupi hangat tubuh kami, beberapa saat kami lupa diri.. di mana.. sedang apa.. siapa yang ada di sekitar kami, LUPA, LUPA, LUPA!
Kulepaskan pelukanku atas tubuh Mbak Evie yang montok itu sambil memandangnya, terlihat matanya yang indah itu tertutup sedikit dan perlahan dia membuka kembali matanya sambil menatapku sayu.
aEsOohhh.. Dhitya, hari ini kamu memang hebat! selama hampir 17 tahun aku kimpoi baru hari ini aku merasakan kenikmatan orgasme yang enaaak..aEt katanya sambil tersenyum puas sambil mengusap kedua belah pipiku.
aEsMbak.. aku juga mau jujur sama Mbak, sebenarnya aku juga ingin begini sama Mbak sejak pertemuan pertama di rumah Mas Echa beberapa bulan yang lalu, tapi.. yah aku ini apalah.. hanya pembantu kru filmnya Mas Echa dan..aEt belum sempat aku meneruskan kata-kataku tangan wanita berumur 38 tahun itu yang halus menutup mulutku dengan lembut.
aEsMbak sudah tahu dan merasakannya Dhit, aku juga sebenarnya senang sama kamu sejak awal kita bertemu dan Mbak Ranti sudah banyak menceritakan tentang kamu, jadi aku kasihan, yaa senang, yah.. akhirnya ya begini jadinya, tapi aku puas lho.aEt katanya lagi sambil mengecup bibirku.
aEsMbak.. sudah jam berapa ini, besok masih ada shooting, jadi kita stop dulu yaa..aEt aku mengingatkan dia. Mbak Evie mengangguk dan kami saling melepaskan diri, bangun menuju kamar mandi sambil berjingkat-jingkat agar tidak menimbulkan suara-suara yang mencurigakan para kru yang lain yang kebetulan beberapa diantara mereka tidur di villa yang sama dengan kami. Dengan gaya seperti maling aku melangkah kembali ke ruang tengah, kulihat Mas Echa masih tergeletak mendengkur dengan keras di atas lantai yang dilapisi karpet yang cukup tebal dan aku naik ke atas sofa, menarik selimut dan memejamkan mata sambil kembali melamunkan tentang apa yang baru saja terjadi antara aku dengan Mbak Evie yang cantik dan montok itu.
Sejak kejadian di villa Cibodas itu, Mbak Evie dan aku sering bertemu di rumah Mas Echa atau aku suka diajak ke rumahnya, bertemu dan berkenalan dengan Mas Irawan suaminya yang hobinya bermain golf (olahraga kaum executive yang sukses), cukup gagah Mas Irawan menurutku, pada awalnya aku tidak mengerti mengapa Mbak Evie agak acuh terhadap suaminya kalau kebetulan aku berkunjung ke rumahnya dan ada Mas Irawan. Hubunganku dengan anak-anak mereka cukup baik, bahkan mereka merasa senang dengan kehadiran aEsMas DhityaaEt yang sering membantu membuat PR juga dalam menjaga hubungan baik itu aku sering diminta tolong oleh Mas Iwan untuk mengantar putri sulungnya Cempaka juga adiknya Melati untuk pergi ke supermarket atau ke restaurant atau ke toko buku baik bersama Mbak Evie ataupun tidak.
Lama kelamaan aku tahu juga dari para kru filmnya Mas Echa bahwa ternyata Mas Irawan punya simpanan kekasih gelap atau WIL (wanita idaman lain), akibatnya Mbak Evie pernah memergoki suaminya berkencan dengan WIL-nya itu melakukan balas dendam yaitu ikut main film bersama kakaknya dan bercinta denganku yang jelas tanpa diketahui oleh keluarganya meskipun beberapa teman kru film sepertinya mencium hubunganku dengan Mbak Evie ada aE?sesuatu yang istimewaaE?.
Beberapa kali kami bercinta di rumah Mbak Evie pada saat anak-anak sedang sekolah ataupun di hotel dan aku baru mengetahui bahwa sejak 1 tahun terakhir Mbak Evie sangat jarang bercinta dengan Mas Iwan sehingga aku bisa mengerti kalau kami bercinta di rumahnya ataupun di hotel serta di lokasi shooting film di luar kota di mana kami menginap 3-4 hari dia berlaku seperti kekasihku dengan manja dan kadang-kadang bersikap garang ingin dipuaskan keinginan seksualnya yang menggebu-gebu dan meletup-letup karena dendam juga haus sentuhan laki-laki, aku pun senang melayaninya, yah.. laki-laki mana tidak akan gandrung melihat perawakan Mbak Evie yang menggemaskan itu tapi akan berpikir 2 kali untuk mencoba untuk menggodanya begitu tahu siapa kakaknya, sedangkan aku hanya sekedar aE~tukang urutaE? yang kebetulan bernasib baik dipercaya oleh Mas Echa untuk ikut kerja bersamanya dan bisa aEsnempelaEt dengan Mbak Evi yang cantik itu. Sementara aku tetap bersikap biasa dan patuh seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu yang istimewa diantara kami sebagaimana biasanya aturan kru film kepada Mas Echa, Mbak Ranti dan juga Mbak Evie bila bertemu dalam kegiatan shooting film. TAMAT
Create wapsite
Perkosaan Pegawai Sudirman
Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, Irma Adriyatie, seorang karyawati yang terlahir 22 tahun yang lalu dan saat ini bekerja di perusahaan perkebunan terkemuka di kawasan Sudirman, sedang melangkah agak tergesa2 menuju kost2annya di kawasan Bendungan Hilir. Irma agak letih setelah seharian bekerja plus lembur sampai malam tiba untuk memenuhi laporan penjualan CPO pada bulan itu. karena letih, yang ia pikirkan hanya bagaimana cepat2 sampai kost2nya, kemudian tidur melepas penatnya setelah seharian bekerja. sehingga tanpa ia sadari, 6 pasang mata sedang melihatnya dari kejauhan.
6 pasang mata yang terlihat merah karena bir pletok yang mereka beli hasil mengamen itu melihatnya dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi, lalu ke bawah lagi, sambil menahan air liur membayangkan kemolekan tubuh Irma yang pada saat itu mengenakan rok selutut dan kemeja warna putih, yang menerawangkan bra hitamnya. tiba2 salah seorang dari mereka berkata “eh, ada cewek lewat tuh”. “oke juga tuh tete” timpal yang lain. “kita isep yuk hahahaha” mereka tertawa bersama2. setelah kurang lebih jarak antara mereka dengan Irma 100 meter, tiba2 salah satu dari mereka mengikuti langkah Irma, kemudian mereka membekap mulut Irma, dan menyeretnya ke arah bedeng proyek yang ada di dekat mereka. bedeng tersebut kosong, karena ditinggal pekerja proyeknya selama beberapa hari.
mereka berenam kemudian menyekap Irma yang meronta-ronta di dalam bedeng tersebut, sambil tertawa2 dengan mulut yang bau alkohol menyengat. salah seorang dari mereka memegangi tangan kanan Irma, yang lainnya memegangi tangan kiri dan menyekap mulut Irma dengan tangannya yang kekar. Irma meronta2 takut apa yang terjadi selanjutnya. kemudian salah seorang dari mereka berdiri tepat dihadapan Irma, sambil memandang Irma yang ketakutan dengan senyum kemenangan. “akhirnya malem ini gw bisa ngerasain badan lo”, katanya sambil mengelus leher Irma yang mulai sesenggukan menahan tangis. tangannya mengelus leher Irma yang putih mulus dengan beberapa tahi lalat yang ada disana, sambil kemudian tangannya bergerak menuju payudara kanan milik Irma.
“ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” teriak Irma tertahan ketika tangan tersebut meremas dengan kencang payudara tersebut. “gile man, kenceng juga nih tete” kata pria tersebut diiringi sahutan tawa yang lainnya. tak lama, pria tersebut sudah asik meremas2 kedua payudara Irma yang memang berukuran besar apabila dibandingkan dengan tubuhnya. Irma orangnya tidak terlalu tinggi. dia orangnya sedang saja, berbody tidak gemuk, namun memiliki payudara yang indah dengan perut yang rata.
kakinya pun putih mulus, sehingga membuat orang2 di dalam bedeng itu menahan nafas ketika menyaksikan Irma merintih2 karena payudaranya diremas2 oleh temannya. kemudian salah seorang diantara mereka lagi ikut mendekat, sehingga keenamnya berada sangat dekat dengan Irma. Irma semakin ketakutan. tetapi dia terus berusaha berfikir positif bahwa tidak akan terjadi apa2 dengan dirinya. tiba2, masih dengan tangan yang terus dipegangi oleh 2 orang, dan mulut disumpal dengan tangan, dia merasakan tangan2 nakal mulai menjelajahi betis dan pahanya.
dia berusaha untuk berontak dengan menendang2kan kakinya. namun usahanya sia2. terdengar suara tawa puas dari orang2 yang ada di bawah Irma, yang saat ini sedang mengelus2 paha dan betis yang putih mulus milik Irma Adriyatie. rok Irma tersingkap ke atas, sementara pahanya sedang dielus2 oleh 2 orang. sedangkan di bagian atas, payudara Irma sedang diremas2 oleh 2 orang. hal ini membuat Irma semakin sesenggukan menahan perasaan yang bercampur baur. “udah man telanjangin aja” kata salah seorang diantara mereka, diiringi anggukan yang lainnya.
Irma semakin ketakutan. dia membayangkan akan digilir oleh 6 orang tidak beradab ini. sedangkan selama ini dia hanya berhubungan badan dengan pacarnya. maklum saja, jarak yang memisahkan antara dia dan pacarnya ini, membuat pertemuan mereka yang jarang itu menjadi sesuatu yang berharga untuk dihabiskan begitu saja. maka terjadilah gaya pacaran yang semakin lazim di jaman sekarang ini. Irma semakin meronta2 ketika mereka membuka kancing atas kemejanya, dan orang2 di bawah berusaha menelanjangi rok dan celana dalam Irma.
pria2 yang di bagian atas melucuti kancing kemeja Irma satu persatu. setelah itu menarik kemejanya ke belakang, sehingga menampakkan payudara Irma yang dibungkus bra warna hitam yang semakin terlihat menantang. kemudian kemeja itu pun terlepas dan terjatuh di lantai. Irma saat ini hanya menggunakan bra dan rok saja. kemudian pria2 yang ada di bagian bawah pun gak lama sudah melepas habis rok Irma sehingga terjatuh pula ke lantai. Irma hanya menggunakan bra dan celana dalam yang senada berwarna hitam. pria2 tersebut pun tertawa puas sambil melecehkan seluruh tubuh Irma. Irma semakin menangis menjadi2. kemudian tidak lama, bra dan celana dalam Irma pun terlepas oleh mereka.
Irma pun telanjang bulat dikelilingi oleh 6 pria yang tidak dikenalnya. hal ini membuat Irma semakin ketakutan dan menangis. “jangan nangis, nanti juga keenakan hahahaha” kata salah seorang dari mereka mengejek. Irma berdiri pasrah dipegangi oleh 2 orang dan dibekap mulutnya. pria2 tersebut sedang melumat habis tubuh Irma yang terlihat molek tersebut. payudaranya putih dengan beberapa hiasan tahi lalat, dan puting yang tidak terlalu besar berwarna coklat. kemudian bentuk pinggul yang tidak terlalu besar serta kemaluan yang bulu2nya tercukur halus dan lembut. paha sampai betis berwarna putih bersih. membuat semua pria yang melihatnya, walau pun memakai rok, tidak berkedip. di kantornya pun, Irma dikenal sebagai idola.
banyak pria yang mendekatinya, namun ia tidak menanggapinya. kalau pun menanggapi, itu pun hanya sekedar untuk main2 saja sambil memenuhi hasratnya karena cowonya berada jauh disana. hal itu dia lakukan karena ia lebih memilih cowonya yang bekerja di luar kota. ia lebih memilih cowoknya karena ia telah terlanjur menyerahkan segalanya kepada laki2 tersebut.
kemudian 2 orang diantara mereka menyiapkan ranjang darurat dari kardus yang biasa dibuat tidur oleh kuli2 proyek pemilik sah bedeng tersebut. Irma pun diseret ke ranjang tersebut, dan tetap dipegangi oleh 4 orang dari mereka. masing2 memegangi 2 tangan dan 2 kaki dari Irma, sekaligus membekap mulut Irma supaya tidak berisik. sesekali Irma meronta2 minta dilepaskan. tetapi siapa yang mau melepaskan tubuh mulus begitu saja? kemudian salah seorang dari mereka, mendekati Irma dari sela2 paha Irma, kemudian meremas2 payudaranya dengan tangan kanan, sambil tangan kiri mengelus2 kemaluan Irma. Irma berusaha mengelak. tetapi tangan kiri pria tersebut tetap mengelus2 sambil sesekali telunjuknya masuk ke kemaluan Irma. keadaan ini membuat Irma semakin terdesak. Irma semakin menjadi2 mengeluarkan tangisnya. Irma begitu takut akan disetubuhi oleh pria2 ini.
walau pun ia sudah tidak perawan, tetapi ia hanya ingin berhubungan badan dengan pacarnya saja. tidak dengan berandalan semacam orang2 ini. kemudian pria tersebut tampaknya sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi tubuh karyawati ini. ia segera membuka baju dan celananya. tampaklah penisnya yang besar, yang membuat Irma seperti berhenti bernafas. Irma sangat takut melihatnya. milik cowoknya tidak sebesar itu. Irma pun memejamkan mata dengan ketakutan. tak lama, pria tersebut sudah meletakkan penisnya di pintu masuk kemaluan Irma. Irma semakin ketakutan. tak lama, pria tersebut mendorongkan pantatnya dengan kasar sehingga penisnya bergerak menusuk kemaluan Irma. “ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” Irma pun menjerit tertahan.
pria tersebut malah keenakan. ia merasa seperti dipijit2 oleh kemaluan Irma. “wah, kayanya udah ga perawan nih doi. tapi tetep peret kok hahaha” kata pria tersebut. tak lama, seluruh bagian penis pria tersebut masuk ke dalam vagina Irma dengan sukses. kemudian, pria tersebut menggenjot Irma yang semakin kesakitan. kepala Irma menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan sakit. tubuhnya pun mengejang. tapi hal itu malah membuat payudaranya terlihat semakin menarik.
tangan2 jahil pun meremas2 payudara tersebut. sementara yang satu memperkosa Irma, yang lain memegangi tangan dan kaki Irma, serta membekap mulut Irma. pria yang sekarang sedang berada di atas Irma semakin memperlaju genjotannya. Irma-pun terlihat memejamkan matanya sambil terus menangis. sementara pria2 yang lainnya meremas2 payudara Irma dan meraba2 bagian tubuh lainnya. Irma pun membayangkan dosa2 yang pernah ia lakukan. dosa kepada pacarnya karena sering berbohong, dan dosa kepada orang2 yang dia permainkan perasaannya selama ini. ia menyesal sekali telah melakukan itu semua. mungkin ini balasannya. pria yang sedang berada di atasnya tampaknya sudah mulai ingin orgasme.
pria tersebut mempercepat genjotannya, dengan tangannya bertumpu pada payudara Irma sambil meremas2nya. tak lama kemudian, pria tersebut mengejan dengan menyemprotkan spermanya yg banyak ke dalam vagina Irma. Irma ketakutan. ia takut hamil. kemudian ia pun menangis sejadi-jadinya. tapi hal itu tidak berlangsung lama. pria yang lain maju mendekatinya. “tunggingin dong man” katanya pada teman2nya yang sedang memegangi Irma. mereka pun membalik tubuh Irma menjadi tengkurap, lalu memaksa Irma untuk menungging sambil tetap memegangi mereka. posisi ini membuat payudara Irma menjadi terlihat lebih besar dan menantang. hal ini membuat mereka meremas2 kembali payudara Irma. payudara Irma terlihat memerah karena remasan2 tersebut. pacar Irma juga paling senang melakukan adegan remasan2 ini. akan tetapi malam ini Irma harus rela diremas2 oleh orang2 yang ia sama sekali tidak kenal.
dalam posisi menungging, orang kedua yang akan memperkosa Irma mendekati Irma dari belakang, kemudian membuka celananya, dan menyelipkan penisnya ke vagina Irma lewat belakang. Irma kembali meronta2 kecil, namun tak lama ia melenguh panjang ketika orang tersebut memasukkan penisnya dan memompanya. kekuatan pompanya makin lama makin kuat. ia memperkosa Irma sambil meremas2 payudara dan putingnya. yang lain ada yang mencium2i pipinya, dan termasuk mencium2i bibirnya.
Irma sangat tidak berdaya malam itu. dalam posisi menungging itu ia menangis dan berharap semuanya cepat selesai dan mereka membebaskannya. namun untuk orang2 itu, tidaklah segampang itu. jarang2 mereka dapat mangsa seperti ini. tak lama kemudian, orang yang memperkosa Irma pun mengalami ejakulasi. dan seluruh spermanya dia masukkan ke vagina Irma. Irma kembali sesenggukan. sudah 2 orang menggilirnya. tinggal 4 lagi. pikirnya seperti itu. Irma sudah pasrah diperlakukan apa saja oleh mereka.
terbukti ketika mereka menelentanginya kembali, Irma hanya bisa pasrah. ia rasakan kemaluannya sakit sekali. dan Irma merasakan keluar darah dari kemaluannya. walau pun ia sudah tidak perawan, hal ini mungkin disebabkan oleh gesekan2 yang terjadi sebelumnya antar penis pria2 tersebut dan kemaluannya.
kemudian salah seorang dari mereka, kembali maju untuk memperkosa Irma. kali ini Irma dipaksa untuk menghisap kemaluan si pria tersebut. Irma berontak. ia hanya mau beroral sex dengan pacarnya. kali ini dia lakukan untuk orang lain. Irma mati2an menolak. akan tetapi, apalah daya dari seorang wanita. Irma pun pasrah menghisap kemaluan orang tersebut. Irma hampir tersedak. penis pria tersebut terlalu besar untuk mulut mungilnya. apalagi penis pria tersebut tidak sebesar milik cowonya yang jauh ada disana.
Irma semakin menangis. kepalanya maju mundur menghisap kemaluan pria tersebut. sampai tak lama kemudian, pria tersebut meringis dan mengejan. Irma berusaha menarik kepalanya dari kemaluan pria tersebut. tetapi teman2 pria tersebut menahan kepalanya, sehingga seluruh spermanya pun tumpah di kerongkongan Irma. Irma terbatuk2 tersedak. sementara pria2 tersebut tertawa puas. kemudian Irma pun digilir oleh yang lainnya sampai pagi. selain digilir, Irma pun mengalami pelecehan seksual yang tidak akan pernah dilupakannya.
Irma dipangku oleh orang2 tersebut sambil diremas2 payudaranya secara bergiliran. kemudian ia disetubuhi sambil berdiri. dan setiap2 orang disitu mendapat jatah lebih dari 2 kali. Irma mengalami perlakuan yang sangat rendah oleh mereka. Mereka mencumbu Irma semaunya. meremas2, menghisap2 putingnya, menggigit2, dan perlakuan2 lain yang diterima Irma sepanjang malam itu sampai pagi. Irma pun lemas kecapekan. sampai paginya Irma tersadar setelah pingsan di dalam bedeng proyek tersebut. Irma merasa badannya sakit2 semua, terutama bagian selangkangannya yang mengeluarkan darah.
walau pun itu bukan darah perawan, tapi ia merasa sakit yang teramat sangat di selangkangannya. tubuhnya pun penuh cupang dimana2. payudaranya pun demikian. banyak terdapat bekas cupang dan bekas cakaran. Irmapun memakai kembali bra, celana dalam dan pakaiannya yang sudah lecek, kemudian berjalan tertatih2 menuju kost2annya. demikian peristiwa yang terjadi dengan Irma. dia tidak bisa melupakan hari itu. tapi ia tidak akan menceritakannya kepada siapa2, termasuk cowoknya. biar lah hal itu menjadi rahasia pribadinya. dan ia pun tidak akan melewati jalan tersebut kembali.
TAMAT
Darah Perawan Rara
Cerita ini bermula waktu jumat malam sabtu sekitar jam setengah 12 malam. Tiba-tiba aku menerima telepon dari Rara, teman kuliahku dulu. Udah lama aku gak denger kabar dari. Dulu aku sering jalan bareng sama dia dan anak-anak dari jakarta. Biasalah, waktu di kampus kan kita primodial banget
Tapi gak ada ruginya temenan sama Rara kok, orangnya cantik, tinggi semampai, body aduhai dan yang terakhir yang aku suka banget dari Rara adalah rambutnya. Dari awal kuliah sampe selesai rambut Rara yang hitam legam itu selalu panjang. Apalagi kalau ditata sedikit menggelung, hmmm... aku selalu nganggep dia barbie doll banget
"Halo Ra ? ada apa nih, tumben nelpon aku. Malem-malem lagi !" tanyaku.
"Yan, bisa jemput aku di XXX gak ?" tanyanya sambil menyebut salah satu tempat hiburan malam yang cukup ternama di kota bandung.
"Ha ? Kamu ada di Bandung ? Bukannya kamu di jakarta ? Terakhir aku denger kamu dah kerja di Jakarta ?" tanyaku heran, ngapain malem-malem Rara tiba-tiba ada di Bandung.
"Yan ceritanya entar aja deh, sekarang please jemput aku. Dah malem banget nih" rajuk Rara padaku sedikit memelas.
"Ok deh, kamu tunggu sebentar, aku jemput sekarang, 10-15 menit deh" jawabku. Kemudian aku bersiap-siap mengeluarkan mobil untuk menjemput Rara.
Dalam perjalanan pikirannku penuh dengan pertanyaan. Pertanyaan terbesar tetap saja, ngapain Rara melem-malem ada tempat hiburan malam di Bandung, sendirian lagi. Yang lebih aneh kenapa minta jemput sama aku ? makin aneh !
Sesampainya di tempat hiburan malam tersebut, aku memarkir mobilku. Setelah turun, aku segera menemukan Rara sedang berdiri di pintu masuk. Kondisinya agak aneh.
"Halo Ra ! Sendirian ?" tanyaku. "Iya Yan.." jawabnya lemah. Matanya kelihatan merah sekali.
"Ra, kenapa nih ada disini ? Hmm.. sorry ya, kamu mabuk ya ?" tanyaku menyelidik.
"Yan bisa kita berangkat sekarang gak ? gak enak nih diliatin sama orang-orang" ajaknya. Aku melihat sekeliling, memang sih beberapa security dan pengunjung yang baru datang memperhatikan kita dengan tatapan aneh. "Oke deh, ayo. Mobilku kesebelah sana." ajakku ke Rara untuk naik ke mobil.
Setelah menghidupkan mobil dan mengemudikan keluar areal parkir, aku bertanya ke Rara "Mau kemana nih Ra ?" tanyaku. "Kemana aja deh Yan" jawab rara yang duduk disebelahku.
"Kamu nginep dimana ?" tanyaku. "Belom punya tempat nginep" jawabnya singkat. "Loh, gimana sih. Dah malem banget loh Ra, aku anter cari hotel ya" tawarku.
"Yan aku boleh nginep tempat kamu gak. Semalem aja, aku lagi butuh ditemenin nih" pintanya. "Kamu gak pa-pa nginep ditempat aku ? Rumah kontrakan aku kecil loh, berantakan lagi. Biasa, rumah bujangan" jawabku sambil tersenyum. "Aku dah tahu kamu emang berantakan dari dulu" jawabnya tersenyum kecil. Akhirnya dia tersenyum juga
"Ya udah kita pulang aja ya, kayaknya kamu juga dah cape banget." ajakku. "Dari Jakarta kapan ?" tanyaku. "Tadi sore" jawab Rara. "Jadi dari jakarta kamu langsung ke xxx ?" tanyaku heran. Dia cuma tersenyum kecil. Dasar nakal !
"Sorry nih Ra, kamu lagi ada masalah ya ?" tanyaku. Dia terdiam sejenak, kemudian menjawab "Ya gitu deh." jawabnya. "Boleh aku tau gak masalahnya sampe kamu jadi kayak gini" tanyaku lagi. "Yan boleh gak nanya dulu gak ? Please..." pintanya. "Aku cuma butuh ditemenin sekarang, tapi janji aku ceritain, kamu kan orang yang jadi repot gara-gara masalahku ini" lanjut Rara. "OK deh, kalo kamu lagi gak pengen ngomongin, aku gak bakal nanya lagi" jawabku.
Sesampainya dirumahku, ternyata Rara gak ada persiapan apa-apa untuk pergi ke bandung, dia cuma membawa tas kecil yang berisi dompet dan peralatan kosmetik. "Ra pake bajuku aja deh, baju kamu kan dah kotor dipake perjalanan" kataku sambil memberi Rara bajuku yang paling kecil dan celana pendek berkaret. "Ok deh" jawabnya menerima baju tersebut. Kemudian Rara masuk kekamar mandi membersihkan badan dan berganti pakaian. Sementara aku membersihkan kamarku untuk ditempati Rara dan aku menggelar kasur di ruang tamu untuk tempat aku tidur. Aku memang punya kasur cadangan untuk persiapan kalo ada keluarga ato teman yang mau manginap.
"Ra kamu tidur di kamar aku aja ya, tuh aku dah siapin" kataku ke Rara. "Aduh sorry Rian, aku jadi ngerepotin banget" katanya. "Trus kamu dimana ?" tanya Rara. "Tuh di ruang tamu, aku punya kasur cadangan kok" jawabku.
"Kamu dah makan malem ?" tanyaku. "Udah, pake beberapa gelas bir" jawabnya sambil ketawa. "Dasar kamu... Ya udah aku punya french fries sama nugget, mau aku gorengin gak ?" tawarku. "Bolehlah, dari pada gak ada apa-apa" jawabnya sambil tertawa kecil. Akhirnya aku memasakkan dia kentang goreng, nugget dan sosis, emang cuma ada itu di kulkasku. Aku juga membuatkan dia teh hangat. Setelah makan dan minum, terlihat Rara agak segaran dikit.
"Ya udah Ra, kamu tidur aja sekarang, udah jam setengah 2 nih" kataku. "Lagian aku juga dah ngantuk banget" lanjutku. "OK deh" jawab Rara yang kemudian beranjak masuk ke kamar, sebelum masuk dia sempat ngelambain tangan ke aku sambil tersenyum. Dasar nih orang, ngerepotin tanpa perasaan
Kemudian aku rebahan di kasur dan menyalakan televisi. Tv memang ada di ruang tamuku. Aku mengecilkan suaranya supaya tidak mengganggu Rara. Walaupun aku dah ngantuk, tapi susah sekali aku memejamkan mata.
Sekitar 15 menit kemudian, Rara keluar dari kamar an menghampiri aku. "Ada apa Ra ? butuh sesuatu ?" tanyaku. Rara cuma diam tapi kemudian rebahan disampingku, bahkan dia menarik selimut yang aku pakai supaya dia kebagian.
"Kan aku dah bilang yan, aku lagi butuh ditemenin. Aku boleh tiduran disini gak ? Aku masih pengen ngobrol-ngobrol dulu sama kamu" kata Rara. "Tapi Ra, kita kan beda" jawabku. "Beda gimana ?" tanya Rara yang sudah rebahan disebelahku. "Ya kamu kan cewek, aku cowok, trus kita dah sama-sama dewasa, apa kamu gak takut" tanyaku. "Hmmm.. masa sih kamu mo nyakitin aku ? Setau aku dari dulu kamu kan baik sama aku Yan." jawab Rara. Aku cuma menarik nafas, pikirku mungkin aku baik sama dia, tapi kan aku juga cowok biasa, mana ada cowok yang gak pusing ada cewek cantik tidur disebelahnya
"Ya terserah kamu aja sih, walau menurutku agak aneh. Tapi berhubung kamu sedikit mabuk wajarlah" kataku. Rara cuma tersenyum kecil.
"Ra, ngapain kamu ada di Bandung, trus dari sekian banyak orang di bandung kenapa sih kamu minta aku yang jemput ?" tanyaku. "Gak tau Yan. Dipikiranku cuma ada kamu yang bisa aku percaya dan aku repotin" jawabnya. Aku tersenyum kecil, sialan nih cewek, di baikin malah manfaatin. "Inget waktu kuliah dulu ga yan, kamu kan bantu aku terus" lanjut Rara. Aku terdiam mengingat masa lalu, memang sih Rara dulu gak semangat banget kuliahnya, kalo gak dibantu mungkin gak selesai.
"Inget waktu skripsiku dulu gak ? Kan kamu banyak banget bantu aku" lanjut Rara. "Kayaknya aku gak bantuin deh, tapi ngebuatin" jawabku sambil tertawa. "Ye... tapi kan aku dah bayar pake makan-makan" jawab Rara sambil memukul lenganku. "Masa sih bayarnya cuma makan-makan" jawabku sambil terus tertawa. "Jadi dulu gak iklas nih" tanya Rara cemberut. "Ya iklas lah, namanya juga temen" jawabku. kami berdua tertawa.
"Ra, seinget aku, kamu dulu cewek baik-baik banget deh. Walau kamu trendi abis, selalu gaya, tapi gak pernah aneh-aneh. Tapi coba liat sekarang, tiba-tiba dateng ke bandung, mabok, trus nginep di tempat cowok lagi" kataku.
Rara cuma terdiam sambil memandangi cincin yang dipakai di jari manisnya. Kemudian dia melepas cincin itu dan meletakkannya di lantai. "Ini gara-gara tunangan gue yan" kata Rara lirih.
"Jadi kamu dah tunangan ?" tanyaku. Rara cuma mengangguk kecil. "Dulu.." jawabnya singkat. "Kok dulu ?" tanyaku heran.
"Sampe siang tadi sih yan. Hari ini kan libur, maksud aku sih mau istirahat aja dirumah. Tapi tiba-tiba tunanganku dateng sama seorang cewek. Dia mo mutusin tunangan kita. Dia mo nikah sama cewek itu minggu depan yan, cewek itu dah hamil" kata Rara sambil terisak. "Oh gitu" jawabku prihatin.
"Masalahnya dia udah ngelamar aku yan, tanggal pernikahan juga udah ditentuin, persiapan juga udah dimulai" lanjut Rara dengan tangisnya yang menjadi. "Mau bilang apa coba aku sama keluargaku Yan, aku malu banget" lanjut Rara menangis.
"Ya mo gimana lagi Ra, masalahnya emang berat banget" kataku kemudian memeluk dia. Lama sekali Rara menagis dipelukanku. Aku gak bisa banyak komentar, emang masalahnya pelik banget sih. Setelah tangis reda, pelukan kami lepaskan, aku dan rara rebahan saling bersisian kembali.
"Mungkin emang dia bukan jodoh kamu Ra." kataku ke Rara. "Iy sih, tapi masa sih dia ninggalin aku gitu aja" jawab Rara. "Abis mo gimana lagi Ra ? Anak yang dalam kandungan cewek itu gimana ? Kan harus ada yang tanggung jawab" jawabku. "Kalo misalnya kamu maksain nikah sama dia, apa kamu mau seumur hidup tersiksa mengingat cowok yang kamu nikain ternyata gak bertanggung jawab sama darah dagingnya sendiri"
"Iya juga sih. Kalo aku jadi cewek itu, aku pasti juga nuntut tanggung jawab" kata Rara. "Ya masih untung lah mantan tunangan kamu masih mau tanggung jawab" kataku.
"Sebenernya dia dulu pernah minta ML sama aku, tapi aku tolak Yan. Mungkin kalo dulu aku kasih enggak jadi begini kejadiannya" kata Rara blak-blakkan. "Walaupun demikian Ra, menurut aku gak bisa jadi alasan terus dia selingkuh dan ngehamilin cewek laen" Kataku.
"Dasar cowok, kenapa sih pikirannya seks melulu" kata Rara sedikit meninggi. "Emang tuh, makanya aku gak mau pacaran sama cowok" jawabku sambil tertawa. Rara ikutan tertawa.
"Rian, kamu dah pernah ML gak ?" tanya Rara menyelidik. Aku cuma tersenyum kecil. "Kok gak jawab ? dah pernah ya ?" tanya Rara dengan sangat ingin tau. "Tuh kan diem aja, berarti dah pernah. Dasar cowok sama aja, pikirannya gak jauh-jauh dari selangkangan" kata Rara sambil memukuli dadaku.
"Ya walaupun dah pernah tapi aku kan gak ngelingkuhin tunanganku dan ngehamilin cewek laen" jawabku menggoda Rara sambil tertawa. "Sama aja, dasar cowok. Brengsek semua" kata Rara sambil mengubah posisi yang awalnya menghadapku menjadi menghadap keatas. Aku masih tertawa.
"Yan emang ML enak banget ya, kok banyak banget sih yang belom nikah tapi dah ML, sampe hamil lagi" tanya Rara. "Enggak Ra, ML sakit banget, makanya aku gak mau lagi" jawabku becanda. Rara mencubit pinggangku. "Ihh... ditanya serius malah becanda" kata Rara.
"Abis kamu pake nanya sih. Ya pasti enak lah, kalo enggak kenapa semua orang pengen ML dan jadi ketagihan lagi" Kataku. "Mungkin kalo ML gak enak manusia udah punah kali. Gak ada yang mau punya anak kalo MLnya ga enak ato sakit" kataku bercanda. Rara cuma ketawa kecil.
"Emang enaknya kayak gimana sih" tanya Rara. Aku terdiam sejenak. "Gimana ya Ra, aku susah untuk neranginnya, tapi emang ML kegiatan paling enak dari semua kegiatan. Entar kamu juga ngerti kok kalo udah ngalamin" jawabku.
"Hmm... enaknya kayak coklat gak ?" tanya Rara semakin aneh
"Gimana ya Ra, kalo kita makan coklat kan rasa enaknya konstan, sebanyak yang elo makan ya enaknya kayak gitu aja. Tapi kalo ML enaknya ada tahapannya. jadi enaknya berubah-ubah tergantung tahapnya, kayak ada sesuatu yang dituju, ya orgasme itu" jawabku.
"Emang orgasme itu kayak apa sih ?" tanya Rara lagi. "Aku gak ngerti orgasme cewek ya, tapi kalo dicowok sih orgasme biasanya barengan sama keluarnya sperma. Dicewek kayaknya sih mirip, abis kalo cewek udah orgasme biasanya vaginanya banjir lendir" jawabku. "Gitu aja ?" tanya Rara. "Ya enggak lah" jawabku. "Kalo dah orgasme badan rasanya rileks banget, kaya diawang-awang gitu deh sangking enaknya". lanjutku.
"Jadi mau.." kata rara dengan muka pengen. Aku mendorong jidat Rara sambil berkata "Udah tidur sana, pikiran kamu dah kacau tuh", walaupun sebenarnya aku juga jadi mau
"Tapi bener Yan, aku jadi mau. Kamu mau gak ?" tanya Rara. Aku cuma diam. "Kenapa Yan, aku kurang cantik ya ? ato aku kurang seksi sampe kamu gak mau ?" tanya Rara.
"Bukan begitu Ra. Kamu tuh lagi mabok, belom sadar bener. Pikiran kamu jadi kacau. Mendingan kita tidur aja deh, dari pada ngelakuin sesuatu yang mungkin nanti kita seselin besok pagi." kataku. Rara mengangguk kecil.
"Ya udah, kita tidur. Tapi sebelum tidur aku boleh peluk kamu gak ? Sekali aja.." tanya Rara. Aku memandangi Rara kemudian memeluknya. Rara melingkarkan tangannya dileherku sedang aku memeluk pinggang langsing Rara. Paha Rara menjepit pahaku diselangkangannya.
"Ma kasih ya Yan, kamu selalu bantu aku kalo aku ada masalah" kata Rara. "Iya, iya, sekarang kamu tidur istirahat, biar pikiran kamu tenang besok" kataku sambil mengelus-elus rambutnya. Kemudian aku mengecup kening Rara. Pelukan Rara makin erat, aku melanjutkan mengelus-elus rambutnya, kadang aku mengelus punggungnya.
"Yan cium lagi dong" kata Rara. Aku mengecup keningnya lagi. "Bukan disitu" kata Rara lagi. "Disini ?" kataku sambil menunjuk pipinya, kemudian aku mengecup pipi yang merona merah itu. "Bukan disitu" kata Rara lagi sambil menutup mata dan memajukan bibirnya.
Wah si Rara bener-bener menguji imanku. Sebenarnya aku dah nafsu banget dari tadi, tapi dalam hatiku aku gak mau manfaatin cewek yang lagi gak 100% sadar.
Aku kecup bibirnya. Tapi setelah kukecup Rara masih menutup mata dan menyorongkan bibirnya ke aku. Aku kecup sekali lagi, kali ini agak lama. Rara bereaksi dengan ikut menghisap bibirku. Aku lepas ciumanku, kemudian aku memandang Rara yang sedang melihatku dengan penuh harap. Well... wtf lah, aku gak peduli lagi, akhirnya aku cium Rara dengan buas.
Aku mencium Rara dengan menghisap bibir bawahnya, Rara membalasnya dengan menghisap bibir bawahku. Kadang-kadang aku masukkan lidahku ke mulutnya. Awalnya Rara gak bereaksi, tapi lama-lama saat lidahku masuk dia menghisap kencang, kadang-kadang Rara gantian memasukkan lidahnya kemulutku.
Selama ciuman, aku mengelus rambut Rara, kemudian elusanku turun ke punggungnya, turun lagi ke pinggangnya. Kemudian aku memberanikan diri untuk meremas pantatnya. Rara melenguh kecil "Uhh...." sambil menekan selangkangannya kearah selangkanganku.
Setelah beberapa kali mengelus bagian belakang sampai meremas pantatnya, aku meremas dadanya. Hmmm... payudara Rara mantap sekali. Besar sekali dibandingkan dengan tubuhnya. "Hmm... Hgmmm.. Hgmmm" lenguh rara karena payudaranya diremas-remas olehku, dengan tidak melepaskan ciumannya.
Birahi memuncak saat meremas-remas sepasang daging kenyal Rara. Kemudian aku mengelus punggung rara kembali. Kali ini aku masukkan tanganku kedalam kausnya dan mengelus punggungnya langsung dikulit. Shit, ternyata Rara tidak pakai bra, pantas saja tadi waktu payudaranya aku remas dari luar terasa kenya sekali.
Saat aku mengelus-elus punggungnya, aku elus juga bagian samping tubuhnya sehingga panggkal payudara ikut terelus. Sepertinya Rara sangat menikmati elusanku, kemudian dia memagang tanganku dan mengarahkan tanganku agar meremas-remas payudaranya. Gila, asik banget payudaranya. Payudaranya mancung kedepan dengan pentil yang besar !
Aku sangat menikmati meremas-remas payudara Rara, terkadang aku memainkan pentilnya. Sepertinya Rara juga sangat menikmatinya, tubuhnya bergetar sambil mengeluarkan lenguhan-lenguhan kecil "Uggrhh....ugrh...."
Pahaku yang dijepit diantara selangkangan sengaja aku gesek-gesekkan ke memeknya supaya Rara makin terangsang. Rara meresponnya dengan ikut menekan-nekan memeknya lebih kuat ke pahaku. Kalau aku berhenti menggesekkan pahaku, maka Rara menggerak-gerakkan sendiri pinggulnya.
Tangan kananku kembali meremas pantat Rara. Kali ini aku masukkan tanganku ke celananya. Berhubung dia pakai celana berkaret, aku dengan mudah memasukkan tanganku. Ternyata Rara juga tidak memakai celana dalam. Aku dengan mudah meremas pantat bulat itu. Setiap aku meremas pantatnya, Rara makin menekan memeknya ke pahaku.
Aku mencoba untuk memegang memeknya dari belakang. Saat tersentuk, tubuh Rara seperti tersetrum, sambil melenguh "Uhh....". Hmmm... ternyata Rara benar-benar terangsang, memeknya sudah sangat basah.
Sekarang aku memegang memeknya dari depan. Dan mulai mengelus-elus bibir luar memek Rara yang sudah banjir itu. Rara melepaskan ciumanku. Sekarang setiap aku menggosok bibir luar vaginanya, rara memekik kencang "Ohgh....Ohgh.... Ohgh.....". "Enak yan, enak banget. Kamu ngapain aku, kok enak banget sih" kata rara sambil merem melek. Dengan jari tengahku aku mencari klentitnya, kemudian aku usap perlahan. "Akhhh..." teriak Rara saat klentitnya aku usap. Kemudian Rara menahan tanganku, sepertinya dia tidak kuat kalau klentitnya diusap terus.
Akhirnya aku telentangkan Rara. Kemudian aku membuka kaos yang dikenakan Rara sehingga Rara 1/2 bugil sekarang. Aku buka paha Rara lebar-lebar dan aku tempatkan tubuhku diantara selangkangannya. Sasaranku berikutnya adalah payudaranya. Sekarang aku menjilati pentil payudara kanannya. Tubuh Rara begerak-gerak keenakan, sepertinya dia suka sekali aku menjilati dan menghisap-hisap pentilnya. Kadang Rara menyatukan kedua payudaranya agar lebih maju.
Aku berhenti sebentar, memandangi Rara. Sebenarnya aku ingin sekali membuka celana Rara dan menusuk-nusuk memeknya dengan penisku. Tapi aku sedikit ragu.
"Yan, setubuhin aku dong, aku dah gak tahan nih" kata Rara sambil memandangku penuh harap. Perkataan Rara seperti menghapus keraguanku entah kemana. Aku menari celana Rara dengan mudah, apalagi Rara membantu dengan mengangkat pantatnya. Kemudian aku berdiri, membuka kaos dan celanaku, shinga sekarang aku dan Rara sama-sama bugil.
Sesaat aku memandang tubuh Rara. Badannya yang langsing tinggi dibalut dengan kulit putih mulus, ditambah payudara besar didadanya. Kakinya yang panjang dan jenjang memiliki betis seperti bulis padi. Aku ternganga sesaat apalagi saat melihat vaginanya yang diliputi bulu hitam titis diantara pahanya yang sudah terbuka lebar.
"Kok cuma diliatin ?" tanya rara. Aku terseyum kemudian menempatkan tubuhku diantara selangkangannya. AKu cium Rara sekali lagi, dia membalasnya dengan cukup buas, kemudian ciumanku turun ke payudara besarnya. Aku cuma mau memastikan Rara cukup terangsang sebelum aku menembus memek perawannya. Sat mencium penisku menggesek-gesek memeknya walaupun belum masuk.
Aku posisikan tubuhku dan menuntun penisku ke memeknya. "Ra, pertamanya sakit, tapi entar enak kok" kataku. "Iya yan gue juga sering denger". jawab Rara. Aku mulai mendorong penisku kedalam memek Rara. Rara hanya memandangku sambil menggigit bibirnya.
Saat penisku sudah masuk 1/2 Rar memekik "AKhh...sakit yan" . Aku berhentikan sebentar penisku. Setelah selang beberapa saat aku goyang sedikit penisku kemudian aku dorong lagi sampai full. "Aduh yan sakit banget" kata Rara memelas. "Tenang Ra, paling sakitnya sebentar, nanti juga enak" kataku menenangkan. "Enggak Yan, sakit banget, bisa elo cabut dulu gak" pinta Rara sambil menahan sakit. Aku juga gak tega melihatnya akhirnya aku cabut penisku. Saat dicabut penisku diselimuti darah perawan Rara. Dari vaginanya juga aku melihat darah mengalir. Hmmm... memang lebih banyak daripada darah perawan yang pernah aku liat.
"Yan kok berdarah sih ?" tanya Rara panik. "Itu namanya darah perawan sayang. Selaput dara kamu dah pecah" jawabku. "Aku mo kekamar mandi dulu yan, mo bersihin dulu" kata Rara. Aku mengantarkan Rara kekamar mandi dan menungguinya dari luar, untuk memastikan Rara gak apa-apa.
Setelah Rara keluar dari kamar mandi, vaginanya sudah bersih. Tapi nafsuku sudah turun, sepertinya nafsu Rara juga sudah turun. Akhirnya kami hanya rebahan saling berdampingan, masih bugil.
"Yan kok sakit banget ya" tanya Rara. "Iya lah Ra, itu kan pertama kalinya kamu, memek kamu masih sempit ditambah ada selaput dara" jawabku. "Masih mau lanjut gak Ra ?" tanyaku pada Rara. "Mau yan, tapi pelan-pelan ya" jawab rara.
Akhirnya Aku tempatkan tubuhku diatas tubuhnya lagi. Aku mulai menciumi tubuh rara. Dari bibirnya, pipi, leher dan payudaranya. Aku seperti gak puas-puas menciumi dan menjilati tubuh mulus yang masih sekel itu. Kadang tanganku mengelus memeknya. Aku memang tidak berencana mencium vaginanya, takutnya dia shock dan merasa jijik, bisa batal orgasme malam ini
Setelah Rara sudah cukup terangsang, aku arahkan penisku ke vaginanya. Kali ini Rara tidak terlihat tegang seperti waktu yang pertama. Aku dorong penisku masuk. "Heghh..heghmm..." lenguh Rara saat penisku masuk. Kali ini vaginanya tidak terlalu sulit dipenestrasi, mungkin karena tidak tegang sehingga cairan vaginanya cukup. Aku dorong penisku sampai mentok. Aku melihat ada sediki darah mengalir dari vaginanya, mungkin sisa selaput daranya masih ada yang belum pecah.
Aku goyang perlahan penisku, tubuh Rara terguncang sedikit, rara masih menggigit bibirnya. Goyanganku aku percepat sedikit, nikmat sekali memek Rara. Sangking sempitnya serasa penisku terhisap kuat oleh vaginanya.
Aku percepat goyanganku, sekarang Rara mulai melenguh, "Akh...Akh...Akhhh..." seirama dengan keluar masuknya penisku di vaginanya. "Lagi yan..Lagi yan..Lagi" desahnya sambil memegangi pantatku seakan ingin menekannya terus.
"Gila Ra, memek kamu enak banget, sempit banget". kataku. "Penis kamu juga keras banget yan, enak..." jawab Rara disela-sela lenguhannya.
Aku memang tidak berniat untuk memakai gaya lain. Untuk pertama kalinya Rara cukup pakai gaya konvensional, laki-laki diatas. Dengan demikian aku bisa ngontrol tusukan penisku kedalam memeknya. Aku tusuk perlahan memek Rara, kadang aku percepat. Kadang aku berhenti sesaat kemudian aku tusuk dengan keras. Kadang aku tusuk kearah samping.
Tiba-tiba tubuh Rara sedikit menegang, sepertinya dia ingin orgasme. Aku percepat goyanganku, soalnya aku mau orgasme sama-sama. Kalo sama yang perawan kadang gak mau terus kalo dia udah orgasme, cepek katanya. "Ahhh...Akhh....Aghkhh.." pekikan Rara makin keras seiring dengan makin cepatnya tusukan penisku.
"Lagi sayang...lagi...lagi.." pekik Rara. Akupun merasa aku sedikit lagi akan orgasme. Tiba-tiba tubuh rara menegang dan terguncang hebat sambil berteriak "AKHHHH...." rara mendekapku erat dan melingkarkan kakinya di tubuhku, Aku pun sudah tidak kuat lagi, tapi aku gak bisa melepaskan tubuhku dari Rara. Akhirnya aku nekat, aku tekan penisku dalam-dalam dan aku tembakkan spermaku ke rahim Rara 5 atau 6 kali. Aku puas sekali menggagahi Rara komplit, dari merawanin sampai orgasme didalam memeknya.
Setelah beberapa lama akhirnya penisku mengecil dan rara melepaskan dekapannya. "Gila enak banget, pantes banyak yang ketagihan" Kata rara setelah rebahan disebelahku.
Akhirnya Rara pulang kejakarta hari minggu sore. Aku dan Rara beberapa kali mengulangi persetubuhan kami disela-sela aku dan Rara jalan-jalan di Bandung, atau lebih tepatnya aku dan Rara jalan-jalan disela-sela persetubuhan kami.
Downloads gratis untuk Hp mu...
TAMAT
Kekasihku Diperkosa Polisi
Saya pertama kenal Vira ketika melihatnya menjadi model cover di sebuah majalah di Jakarta, kemudian ia juga menjadi bintang sinetron Abad 21. Vira berumur 17 tahun, cantik, kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling menarik perhatian orang-orang adalah buah dadanya yang bundar dan padat berisi. Semua orang yang menatap Vira pandangannya akan langsung tertarik ke arah buah dadanya yang membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi sangat proporsional dengan tubuh dan wajah Vira.
Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian bertemu, sesekali menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering bertemu dan percakapan yang ada semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajaknya keluar makan malam.
Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan ternyata Vira senang sekali mendengar ajakan saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali menunggu pada saat menjemput Vira di rumahnya.
Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya menjemput Vira, untuk kemudian makan malam di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Vira mengajak saya untuk kembali ke rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya. Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu?
Sepanjang perjalanan pulang Vira berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti giliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan melupakan malam ini.
Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-lekas sampai ke rumah Vira, ketika tanpa sadar saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil saya. Saya meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Polantas tadi mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan SIM saya.
Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Vira yang duduk terdiam. aEsAnda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke kantoraEt, perintah Polantas tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil di pinggir kota.
Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas yang membawa kami. Ketika kami masuk, Sersan itu memandangi tubuh Vira dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Vira. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan.
Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan. Polantas tadi berkata, aEsKalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu.aEt Sersan tadi menimpali, aEsBetul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!aEt Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Vira yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.
Mereka lalu membuka sel Vira dan masuk ke dalam. aEsSekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan pacar kamu itu. Mengerti!aEt Sersan tadi langsung memegangi kedua tangan Vira sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Vira ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Vira berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Vira yang terus dipegangi oleh Sersan. aEsWow, lihat dadanya.aEt Vira terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Vira, melemparkan tubuh Vira hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Vira. Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Vira ke rangka di atas kepala Vira.
Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Vira. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Vira, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Vira mengeras dan puting susunya mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Vira, sedangkan Vira hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya.
Saya berdiri di dalam sel di seberang Vira tak berdaya untuk menolong Vira yang sedang dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Vira. Polantas mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Vira menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.
aEsLebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira.aEt kata Polantas.
aEsSekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!aEt
aEsDia pasti sempit sekaliaEt, kata Sersan sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Vira.
Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Vira menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri.
aEsBetul kan, masih sempit sekali.aEt
Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Vira. Kemudian mereka membuka kaki Vira lebar-lebar dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Vira. Vira mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Vira.
Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah Vira, mengelus-elus wajah Vira dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Vira menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Sersan yang hitam.
aEsAyo dong manis, buka mulut kamuaEt, kata Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Vira.
aEsKamu belum pernah ngerasain punya polisi kan?aEt Vira tak bergeming.
aEsBuka!aEt bentak Sersan.
aEsBuka mulut kamu, brengsek!aEt Perlahan mulut Vira terbuka sedikit, dan Sersan langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Vira.
Mulut Vira terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai bergerak keluar masuk di mulut Vira, saya melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat masuk ke mulut Vira, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Vira. Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya. Julurin lidah kamu!aEt Vira membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Vira, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Vira.
aEsSan, dia nggak mungkin bisa masukin punya Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!aEt Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan sekarang ada di antara kaki Vira dan Polantas berjongkok di dekat wajah Vira. Sersan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Vira. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir kemaluan Vira yang masih sempit. Polantas, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Vira. aEsKamu mungkin nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya.aEt Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Vira, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Polantas berada di wajah Vira. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Vira. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.
aEsSaya keluuarrhh. Aaahhh!aEt Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Vira, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Vira, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Saya mendengar Vira berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Vira meronta-ronta berusaha mencari udara.
aEsIyyaaE| yaah! Telleeen semuaa! AaahhhaE| aahhhaE| nikhmaattt!aEt
Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Vira langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Vira berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Vira terbatuk-batuk, aEsKenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!aEt
Sementara Sersan yang masih mengerjai kemaluan Vira sekarang malah memegang pinggul Vira dan membalik tubuh Vira. Vira dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai menempel di lubang anusnya.
aEsJangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, janganaE|aEt
aEsAaahkk! Jangaaan!aEt
Vira menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Sersan berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Vira pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Sersan mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Vira. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Vira. Vira terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Vira hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.
Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Vira menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Vira. Sersan tidak peduli mendengar Vira berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Saya melihat berulang kali batang kemaluan Sersan keluar masuk anus Vira tanpa henti. Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Vira, kemudian menyembur ke pantat Vira dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Vira lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Vira. Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Vira dan berdua dengan Polantas mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Sersan berkata pada Polantas, aEsPantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!aEt
Dini hari, ketika Vira kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Vira. Mereka menendang tubuh Vira agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Polantas menyodomi Vira sementara Sersan berbaring di bawah Vira dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Vira. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Vira dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Vira. Mereka terus berganti posisi dan Vira terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Vira yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.
Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka sel kami.
aEsKalian boleh pergi.aEt
Saya membantu Vira mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah Vira. Kemudian saya membersihkan tubuh Vira dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih, aEsJangan Pak, ampun Pak, sakitaE| ampuunnaE| sakiiitaE|aEt.
TAMAT